Mengetahui daftar makanan setelah anak dikhitan yang dianjurkan dan dilarang adalah salah satu pilar terpenting dalam mendukung proses pemulihan anak. Setelah prosedur khitan selesai, tubuh si kecil akan bekerja keras untuk memperbaiki jaringan, menutup luka, dan melawan potensi infeksi. Proses penyembuhan alami ini membutuhkan “bahan bakar” yang tepat dari nutrisi yang dikonsumsi. Sayangnya, banyak mitos dan informasi keliru seputar pantangan makanan yang justru dapat menghambat pemulihan. Artikel ini akan memberikan panduan yang jelas dan berbasis fakta medis mengenai asupan gizi yang ideal, membedakan mana yang benar-benar membantu dan mana yang sebaiknya dihindari agar luka khitan anak Anda cepat kering dan sembuh sempurna.
Fondasi utama dari menu makanan pasca-khitan adalah makanan tinggi protein. Protein adalah zat pembangun utama yang dibutuhkan tubuh untuk meregenerasi sel dan membentuk jaringan kulit baru pada area luka. Di sinilah mitos khitan paling umum harus dipatahkan: banyak yang melarang konsumsi telur atau ikan karena dianggap menyebabkan gatal atau infeksi. Faktanya, hal ini sama sekali tidak benar. Telur, ikan (terutama ikan gabus yang terkenal kaya albumin), daging ayam tanpa kulit, dan daging sapi tanpa lemak adalah sumber protein hewani terbaik yang akan mempercepat penyembuhan secara signifikan. Sumber protein nabati seperti tahu, tempe, edamame, dan kacang-kacangan juga sangat baik untuk dikonsumsi. Jadi, jangan ragu memberikan makanan-makanan ini, karena gatal pada luka yang mulai sembuh adalah hal normal, bukan akibat dari makanan.
Selain protein, tubuh juga memerlukan vitamin dan mineral sebagai pendukung proses pemulihan. Vitamin C adalah salah satu yang terpenting karena perannya dalam produksi kolagen, yaitu protein struktural utama pada kulit, serta fungsinya sebagai antioksidan untuk melawan peradangan. Anda bisa mendapatkan asupan Vitamin C yang melimpah dari buah-buahan seperti jeruk, jambu biji, kiwi, stroberi, dan pepaya. Selain itu, mineral seng (Zinc) juga memegang peranan vital dalam fungsi imunitas dan perbaikan jaringan. Seng dapat ditemukan dalam daging merah, ayam, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Mengombinasikan makanan tinggi protein dengan buah dan sayuran kaya vitamin akan menciptakan sinergi nutrisi yang optimal.
Menjaga tubuh anak tetap terhidrasi juga krusial. Cairan, terutama air putih, membantu melancarkan sirkulasi darah yang membawa oksigen dan nutrisi ke area luka. Dehidrasi dapat memperlambat metabolisme dan proses penyembuhan. Pastikan anak minum air putih yang cukup sepanjang hari. Jus buah segar tanpa tambahan gula juga bisa menjadi pilihan yang baik untuk asupan cairan sekaligus vitamin. Selain itu, perhatikan asupan serat dari buah-buahan, sayuran, dan gandum utuh seperti oatmeal. Serat membantu mencegah konstipasi atau sembelit. Mengejan saat buang air besar dapat menimbulkan tekanan pada area perut bagian bawah dan menyebabkan rasa tidak nyaman pada luka khitan.
Sekarang kita beralih ke makanan yang sebaiknya dihindari atau dibatasi. Penting untuk dicatat, istilah “dilarang” mungkin terlalu keras; lebih tepatnya adalah makanan yang tidak mendukung proses penyembuhan. Kelompok pertama adalah makanan dan minuman tinggi gula serta makanan olahan (ultra-processed food). Contohnya termasuk permen, cokelat, minuman bersoda, kue-kue manis, sosis, nuget, dan makanan ringan dalam kemasan. Makanan jenis ini dapat memicu inflamasi atau peradangan dalam tubuh dan berpotensi menekan sistem imun yang sedang bekerja keras. Selain itu, makanan ini umumnya miskin nutrisi penting seperti vitamin dan mineral, sehingga hanya memberikan “kalori kosong” tanpa manfaat penyembuhan.
Selanjutnya, sebaiknya batasi konsumsi makanan yang terlalu pedas atau terlalu asam untuk sementara waktu. Meskipun makanan ini tidak secara langsung memengaruhi luka khitan itu sendiri, mereka berpotensi menyebabkan gangguan pencernaan seperti sakit perut atau diare pada sebagian anak. Kondisi perut yang tidak nyaman dapat membuat anak menjadi rewel, kurang istirahat, dan gelisah, yang secara tidak langsung dapat mengganggu ketenangan yang dibutuhkan untuk pemulihan. Setelah luka mulai mengering dan anak merasa lebih nyaman, makanan ini dapat diperkenalkan kembali secara bertahap.
Terakhir, waspadai makanan yang berpotensi memicu reaksi alergi individual pada anak Anda. Jika si kecil memiliki riwayat alergi terhadap makanan tertentu, misalnya udang, kepiting, atau jenis kacang tertentu, maka masa pemulihan bukanlah waktu yang tepat untuk mencoba memberikan makanan tersebut. Reaksi alergi, seperti gatal-gatal di seluruh tubuh atau bengkak, akan menjadi beban tambahan bagi tubuh yang sedang dalam proses penyembuhan dan dapat menimbulkan stres yang tidak perlu bagi anak. Mengenali riwayat alergi anak adalah langkah pencegahan yang bijaksana, seperti yang sering dijelaskan oleh para ahli gizi di platform kesehatan terpercaya seperti KlikDokter.
Secara ringkas, kunci dari diet pasca-khitan adalah “back to basics”: fokus pada makanan utuh, segar, dan kaya nutrisi. Prioritaskan asupan protein yang cukup, dukung dengan vitamin dari buah dan sayur, jaga hidrasi, serta batasi makanan olahan yang minim gizi. Dengan memberikan “amunisi” nutrisi yang tepat, Anda tidak hanya membantu luka si kecil sembuh lebih cepat, tetapi juga memperkuat daya tahan tubuhnya secara keseluruhan. Pemahaman yang benar mengenai makanan setelah anak dikhitan yang dianjurkan dan dilarang adalah bentuk perawatan terbaik yang bisa Anda berikan.