Khitan untuk Bayi: Apa Saja yang Perlu Dipertimbangkan?

Keputusan untuk melakukan khitan untuk bayi adalah salah satu pertimbangan awal yang dihadapi oleh banyak orang tua baru di Indonesia. Didasari oleh berbagai alasan, mulai dari keyakinan agama, tradisi keluarga, hingga pertimbangan kesehatan, melakukan khitan di usia yang sangat dini menjadi pilihan yang semakin populer. Namun, sebagai orang tua, wajar jika Anda memiliki segudang pertanyaan dan kekhawatiran. Apakah aman melakukannya pada bayi yang baru lahir? Apa saja manfaatnya dibandingkan jika dilakukan saat anak lebih besar? Apa risikonya dan bagaimana persiapan serta perawatannya? Artikel ini akan membahas secara mendalam semua aspek yang perlu Anda pertimbangkan sebelum membuat keputusan penting ini untuk buah hati Anda.

Salah satu alasan utama mengapa banyak ahli medis dan orang tua memilih khitan di usia bayi adalah karena berbagai keuntungannya. Dari sisi medis, penelitian menunjukkan bahwa khitan pada bayi dapat secara signifikan mengurangi risiko infeksi saluran kemih (ISK) selama tahun pertama kehidupannya. Secara prosedural, proses penyembuhan pada bayi cenderung jauh lebih cepat. Ini disebabkan oleh kemampuan regenerasi sel bayi yang masih sangat aktif. Dari sudut pandang psikologis, melakukan khitan saat bayi dianggap meminimalkan trauma, karena ia tidak akan memiliki memori sadar akan rasa sakit dari prosedur tersebut. Selain itu, perawatan pasca-khitan sering kali lebih mudah dikelola karena bayi belum banyak bergerak aktif seperti merangkak atau berlari, sehingga mengurangi risiko gesekan atau cedera pada area luka.

Meskipun aman, seperti halnya semua prosedur medis, khitan pada bayi tetap memiliki risiko yang perlu dipahami. Komplikasi tergolong jarang terjadi jika dilakukan oleh tenaga medis yang kompeten, namun tetap ada kemungkinan seperti pendarahan, infeksi pada area luka, atau iritasi. Oleh karena itu, kondisi kesehatan bayi sebelum dikhitan adalah syarat mutlak yang tidak bisa ditawar. Bayi harus dalam keadaan sehat, stabil, tidak prematur, dan tidak memiliki kelainan bawaan, terutama yang berkaitan dengan sistem pembekuan darah atau kelainan bentuk penis (seperti hipospadia). Pemeriksaan menyeluruh oleh dokter anak sebelum prosedur adalah langkah wajib untuk memastikan bayi Anda adalah kandidat yang layak dan aman untuk dikhitan.

Menentukan waktu yang tepat juga menjadi pertimbangan penting. Umumnya, usia ideal sunat bayi adalah saat neonatal, yaitu dalam 28 hari pertama setelah kelahiran, bahkan sering kali dilakukan dalam rentang 7-14 hari. Pada periode ini, bayi masih banyak tidur dan persepsi nyerinya diyakini belum setajam anak yang lebih besar. Namun, tidak ada batasan yang kaku. Khitan masih sangat mungkin dilakukan kapan saja dalam tahun pertama kehidupan, selama bayi dalam kondisi sehat prima. Menunda hingga beberapa bulan untuk memastikan bayi lebih kuat dan stabil juga merupakan pilihan yang bijaksana. Kunci utamanya adalah mendapatkan “lampu hijau” dari dokter anak yang telah memeriksa kondisi kesehatan si kecil secara menyeluruh.

Metode khitan yang digunakan untuk bayi juga sedikit berbeda. Metode yang paling populer untuk usia ini adalah teknik klem (seperti Smart Klamp atau sejenisnya). Metode ini banyak dipilih karena prosesnya yang sangat cepat (sering kali hanya beberapa menit), hampir tanpa pendarahan, dan tidak memerlukan jahitan. Luka akan sembuh di bawah lindungan alat klem yang akan dilepas setelah beberapa hari. Selain klem, metode konvensional dengan pisau bedah dan jahitan yang sangat halus juga dapat dilakukan, tetapi biasanya hanya oleh dokter spesialis bedah anak yang sudah sangat berpengalaman menangani jaringan tubuh bayi yang masih sangat halus dan kecil.

Aspek paling krusial dari semua pertimbangan adalah memilih praktisi medis yang akan melakukan prosedur. Khitan pada bayi bukanlah tindakan yang bisa dilakukan oleh sembarang orang. Ini adalah prosedur yang memerlukan keahlian, ketelitian, dan pengalaman khusus. Pastikan Anda memilih dokter spesialis anak (Sp.A), dokter spesialis bedah anak (Sp.BA), atau setidaknya dokter umum yang dapat menunjukkan rekam jejak dan sertifikasi pengalaman dalam melakukan khitan neonatal. Jangan ragu untuk bertanya secara detail mengenai pengalaman mereka, metode yang digunakan, serta protokol sterilisasi dan penanganan nyeri. Mendapatkan rekomendasi dan memastikan kualifikasi praktisi adalah jaminan keamanan utama bagi putra Anda, hal ini sejalan dengan pentingnya berkonsultasi dengan dokter anak yang kompeten, seperti yang direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

Persiapan dan perawatan pasca-prosedur untuk bayi relatif sederhana namun butuh ketelatenan. Sebelum tindakan, pastikan bayi sudah menyusu beberapa jam sebelumnya agar tidak lapar, namun jangan tepat sebelum berangkat untuk menghindari gumoh. Setelah khitan, perawatan utamanya adalah menjaga area penis tetap bersih dan kering. Ganti popok lebih sering dari biasanya untuk menghindari area luka terlalu lama terkena urin atau feses. Dokter mungkin akan menyarankan untuk mengoleskan salep antibiotik atau petroleum jelly pada ujung penis agar tidak menempel pada popok. Anda juga akan diajari untuk mengenali tanda-tanda infeksi seperti kemerahan yang meluas, nanah, atau demam.

Kesimpulannya, keputusan untuk melakukan khitan bayi adalah pilihan personal yang harus didasari oleh informasi yang lengkap dan pertimbangan yang matang. Dengan menimbang manfaat medis yang signifikan, risiko yang terkendali, dan memastikan bayi dalam kondisi sehat serta ditangani oleh profesional yang tepat, khitan di usia dini bisa menjadi pilihan yang sangat baik. Diskusikan semua kekhawatiran Anda dengan dokter anak untuk mendapatkan pandangan yang paling objektif dan sesuai dengan kondisi buah hati Anda. Dengan persiapan yang cermat, Anda dapat memastikan prosedur khitan untuk bayi berjalan aman dan lancar.